Liputan6.com, Jakarta - Menjelang Musyawarah Nasional Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) ke XVII yang akan digelar pada bulan Desember 2022 mendatang, 3 calon yang masuk dalam bursa Ketua Umum (Caketum) BPP HIPMI periode 2022-2025 saling beradu argumentasi visi dan misi dalam acara debat putaran pertama Caketum HIPMI, di Labuan Bajo, NTT, Jumat 4 November 2022.
Ketiga calon ketua umum BPP HIPMI ini yakni Bagas Adhadirgha yang saat ini menjabat sebagai Sekretaris Jenderal BPP HIPMI, Akbar Himawan Buchari sebagai Wakil Ketua Umum BPP HIPMI, dan Anggawira sebagai Ketua Umum Bidang Keuangan dan Perbankan BPP HIPMI.
Baca Juga
Mengangkat tema Peran HIPMI mendorong Konektivitas Pembangunan dan Pengembangan Pariwisata Indonesia, debat dibuka secara bersama oleh Wakil Gubernur (Wagub) NTT, Drs. Josef Adrianus Nae Soi, pendiri HIPMI Abdul Latief dan Mantan Ketua Umum HIPMI periode 2011-2014, Raja Sapta Oktohari.
Advertisement
Kegiatan ini turut dihadiri oleh seluruh jajaran Badan Pengurus Daerah (BPD) dan Badan Pengurus Cabang (BPC) dari seluruh Indonesia. Debat juga menghadirkan beberapa panelis antara lain Drs. Josef Adrianus Nae Soi (Wakil Gubernur NTT), Christofel Liyanto, Prof. DR. I Nengah Dasi Astawa, M.Si Dan Fajar Utomo (staff ahli Kemenparekraf).
Dalam debat terbuka ini, ketiga calon Ketua Umum ini saling memberikan ide, gagasan dan program terbaik. Calon ketua umum nomor 1, Akbar Himawan Buchari dalam visi dan misinya menyampaikan dalam mendukung program dan kebijakan strategis pemerintah. HIPMI memiliki peran penting sebagai salah satu pilar penggerak roda ekonomi dengan menghadirkan kader kader pengusaha muda yang saling terintegrasi satu sama lain dalam bidang transportasi, logistik dan pariwisata.
Akbar menawarkan sebuah program bank data yang dapat mengintegrasikan setiap potensi potensi pengusaha lokal di daerah agar dapat berkolaborasi menghasilkan sebuah peluang bisnis bersama demi kemajuan bersama.
"Kita ke depan tahu untuk suatu ekosistem ekonomi, investasi bisa masuk harus dibutuhkan SDM unggul. Untuk itu HIPMI sebagai organisasi kader hadir untuk turut serta bersama pemerintah untuk bisa mencetak SDM yang handal untuk melahirkan industri yang baru, untuk melahirkan UMKM baru sehinggah bisa bermanfaat bagi pembangunan ekonomi nasional. Ke depan kita membuat sebuah program integrasi bisnis yang kuat dengan penguatan kader yang terdata lewat database kita. Ini yang akan kita lakukan, semua kader HIPMI di setiap level. HIPMI hadir harus bisa membawa tumbuh kembang kader HIPMI ke depan sehinggah bersama melahirkan SDM yang handal ke depan" ucap Akbar.
Sementara Caketum nomor urut 2, Bagas Adhadirga lebih memprioritaskan penyiapan SDM yang mumpuni dalam menghadapi era persaingan global yang semakin ketat di masa mendatang.
Bagas optimis menuju Indonesia Emas di tahun 2045, HIPMI mampu menghasilkan 1 juta pengusaha di masa mendatang. Kehadiran pengusaha pengusaha muda ini diyakini menjadi solusi dalam menghadapi persaingan global yang akan semakin kompetitif di masa mendatang.
Bagas menyebutkan 64 persen jumlah penduduk Indonesia di tahun 2030 akan didominasi oleh usia produktif. Tentunya dibutuhkan penyiapan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dan berjiwa entrepreneurship.
Saat ini, Indonesia hanya memiliki 3,4 persen jumlah pengusaha, masih tertinggal jauh dari negara negara maju yang telah memiliki jumlah pengusaha lebih dari 10 persen dari total jumlah penduduk.
Untuk bisa sejajar dengan negara negara berkembang, pertumbuhan jumlah pengusaha di Indonesia jelasnya haruslah mencapai angka ideal di atas 10 persen sehinggah Indonesia mampu terhindar dari salah satu penyebab terjadinya Bencana Demografi, yakni tingginya angka pengangguran.
"Di tahun 2030, jumlah penduduk Indonesia ini 64 persen adalah usia produktif. Yang terjadi kalau jumlah pengusahanya sedikit akan menimbulkan bencana demografi. Gampang saja karena pengusahanya enggak banyak, otomatis lapangan kerjanya berkurang, jadi kalau kita bisa lebih dari sepuluh persen pengusaha Indonesia ini akan bikin Indonesia negara maju di tahun 2045," ujarnya.
Dalam visi dan misinya, Bagas memusatkan perhatiannya kepada sejumlah langkah konkret dengan mendorong lahirnya pengusaha pengusaha muda yang berdaya saing yang selaras dengan salah satu peran HIPMI dalam menjaga dan mendorong Konektivitas dan Pengembangan Pariwisata di Indonesia.
Bagas menyampaikan untuk menekan tingginya angka pengangguran, Kementrian Investasi telah melahirkan sebuah program dimana setiap investasi yang masuk kedalam suatu daerah haruslah melibatkan minimal 15 persen pengusaha lokal, termasuk para pelaku UMKM.
Namun dengan kondisi masih minimnya ketersediaan SDM yang unggul, HIPMI harus mampu menjadi inkubator bagi para pengusaha lokal di daerah daerah agar terjadi peningkatan kualitas dan kapasitas yang unggul melalui berbagai edukasi dan pendampingan.
Bagas pun menawarkan program 5 C jika kelak terpilih menjadi Ketua Umum HIPMI periode 2022-2025. Program 5 C yakni; Colaborate, coaching, connect, capital dan Conversion. Melalui program - Program ini, Bagas meyakini para pengusaha lokal
"Industri pariwisata membutuhkan SDM yang sudah mengerti tata kelola mengenai hospitality dan ini pun ada sekolahnya, hospitality jadi tidak serta merta orang yang buka industri pariwisata langsung bisa masuk dan posisi HIPMI adalah posisi yang pro dengan industri lokal dimana kita harus mengafirmasi kebijakan mengenai melibatkan pengusaha lokal minimal 15 persen",
"Dan peran HIPMI adalah sebagai inkubator pengusaha lokal sehinggah saat investasi masuk ke suatu daerah dan sudah melakukan screening SDM lokal yang berkualitas, dan apabila sudah bisa dikerjasamakan maka langsung di utilisasi, apabila belum maka HIPMI mempunyai suatu program yang namanya Coaching" sambungnya.
Peran Strategis
Sementara itu, Caketum nomor urut 3, Anggawira menyebutkan berbicara pariwisata di Indonesia, HIPMI memiliki peran yang strategis yang berfungsi sebagai penyambung kebijakan pemerintah dengan ketersediaan SDM lokal yang mampu memanfaatkan berbagai program pemerintah dengan efektif dan efisien.
Menurutnya, tantangan yang tengah dihadapi industri pariwisata di Indonesia adalah keterbatasan SDM yang menjadi subjek dari pariwisata itu sendiri. Hal ini menjadi sangat penting mengingat pariwisata tidak hanya berbicara soal obyek wisata namun jauh lebih penting adalah kehadiran subyek pariwisata yang mampu mengelola Destinasi wisata di Indonesia dengan baik sehinggah mampu berdampak bagi masyarakat.
"Dan kita ketahui bersama kita punya potensi objek pariwisata yang luar biasa tapi tantangan utamanya itu di sumber daya manusia dan peran HIPMI itu adalah bagaimana bisa meningkatkan SDM di sektor pariwisata tersebut."
"Peran HIPMI bisa menjadi jembatan koneksi tersebut. Kekuatan sudah ada beberapa destinasi prioritas dan super prioritas ada di 5 wilayah termasuk Labuan Bajo. Namun tentunya tidak terbatas disitu saja. Kita ketahui bersama dukungan di destinasi super prioritas itu mendapatkan dukungan luar biasa dari pemerintah, terutama dari sisi infrastruktur disupport habis, di sisi lain ekonomi kreatif harus dikembangkan dan ini saya rasa peran HIPMI bagaimana bisa meningkatkan sisi ekonomi kreatifnya" ujarnya.
Berbagai solusi yang ditawarkan yakni mulai dari peningkatan kualitas kader kader HIPMI melalui program HIPMI perguruan tinggi, pemberian fasilitas pembiayaan bagi para pelaku usaha di daerah, melahirkan 1 entrepreneur di setiap desa dengan tujuan penggunaan dana desa yang lebih produktif ketimbang konsumtif hingga kepada peningkatan kualitas dan kapasitas produk pengusaha UMKM di setiap daerah.
Advertisement